PSIKODAY, Kota Malang– Dalam perspektif Islam (Al-Qur’an & Hadits) terdapat beberapa peran orang tua krusial untuk tumbuh kembang anak laki-laki, diantaranya adalah peran Laki-Laki sebagai pemimpin rumah tangga. Berdasarkan QS.An-Nisa:34 menjelaskan bahwa laki-laki adalah qawwām (pelindung, penjaga, dan pemimpin) atas perempuan karena tanggung jawab dan nafkah yang dibebankan pada mereka. Hal ini sejalan dengan gagasan membentuk anak laki-laki sebagai figur yang bertanggung jawab.”Ar-rijalu qawwāmūna ‘ala an-nisā’ bima faddalallāhu ba‘ḍahum ‘ala ba‘ḍin wa bima anfaqū min amwālihim…”(QS. An-Nisa: 34).
Anak laki-laki perlu juga dididik akan pentingnya ilmu dan hikmah agar memahami ilmu agama dan duniawi. Hal ini sangat penting untuk kepemimpinan, sesuai dengan integrasi Islam dan sains dalam gambar diatas. Sesuai dengan hadist HR.Bukhari & Muslim “Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, maka Allah akan memberinya pemahaman dalam agama.”
Anak laki-laki juga perlu dibimbing untuk membangun akhlak mulia sejak kecil, Rasulullah ﷺ bersabda: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci). Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari & Muslim). Hadits ini menegaskan peran orang tua dalam membentuk karakter anak, menjadikan pendidikan sebagai fondasi kepemimpinan di masa depan.
Apabila dilihat dari perspektif ilmiah, terdapat penjelasan secara sains untuk struktur otak yang ditonjolkan dalam gambar berkaitan dengan kualitas kepemimpinan antara lain, korteks prefrontal yang bertanggung jawab atas pengambilan keputusan, penalaran, dan pengendalian diri. Sedangkan Amigdala terlibat dalam respons emosional dan interaksi sosial. Selain itu, ada juga hipokampus yang berperan penting untuk pembelajaran dan memori. Serta terdapat Hipotalamus & Kelenjar Pituitari yang mengatur emosi, motivasi, dan manajemen stres.
Hal ini mendukung prinsip Islam bahwa membentuk pemimpin yang kuat memerlukan pendidikan, kecerdasan emosional, dan kedisiplinan diri. Selain itu, Islam mendorong pendidikan anak laki-laki dengan kesadaran kepemimpinan, tanggung jawab, dan ilmu, sebagaimana tercermin dalam Al-Qur’an dan Hadits. Secara ilmiah, kualitas ini dibentuk melalui pengasuhan dan pendidikan yang tepat, seperti yang ditunjukkan diagram otak dalam gambar.
Pendidikan Anak Perempuan
Konsep mendidik anak—baik laki-laki maupun perempuan—harus fokus pada pembangunan karakter kuat, tanggung jawab, dan kecerdasan. Dalam Islam, laki-laki dan perempuan memiliki peran unik yang saling melengkapi, dan mendidik anak perempuan sama pentingnya dengan mendidik anak laki-laki.
Terdapat perspektif Islam tentang pendidikan perempuan yang harus diketahui oleh setiap orang tua, diantaranya kewajiban menuntut ilmu bagi perempuan, seperti yang dijelaskan oleh HR. Ibnu Majah, no.224, dishahihkan oleh Al-Albani bahwa “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim (laki-laki dan perempuan).”(HR. Ibnu Majah, no. 224, dishahihkan oleh Al-Albani). Hadits ini menegaskan bahwa menuntut ilmu adalah kewajiban bagi semua, memperkuat pentingnya pendidikan bagi perempuan.
Perempuan juga memiliki peran yang penting dalam masyarakat, peran perempuan sebagai pemimpin dan pengaruh dalam masyarakat. Dijelaskan pada QS. At-Taubah:71 bahwa tanggung jawab bersama laki-laki dan perempuan dalam kepemimpinan dan perbaikan masyarakat. “Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar…”(QS. At-Taubah: 71).
Peran Ibu juga penting dalam membentuk generasi mendatang dikarenakan seorang ibu memegang peran kunci dalam pendidikan anak. Mendidik perempuan berarti mempersiapkan generasi masa depan dengan fondasi moral dan intelektual yang kuat. Imam Al-Ghazali menyinggung mengenai peran krusial dari Ibu “Ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya.” (Imam Al-Ghazali)
Perempuan terdidik dalam Islam yang dapat dijadikan contoh diantaranya Sayyidah Aisyah r.a.: Ulama besar, meriwayatkan lebih dari 2.000 hadits, Khadijah r.a.: Pengusaha sukses dan orang pertama yang beriman pada Islam dan, Fatimah r.a.: Teladan dalam akhlak, keluarga, dan spiritualitas. Apabila dijelaskan secara perspektif ilmiah tentang pendidikan perempuan yang kaitannya dengan fungsi otak yang disebutkan (korteks prefrontal, amigdala, dll.) sama pentingnya bagi perempuan.
Studi ilmiah menunjukkan hasil bahwa pendidikan meningkatkan keterampilan pengambilan keputusan (Korteks Prefrontal), kecerdasan emosional dan empati berkembang melalui pembelajaran (Amigdala), dan memori dan keterampilan kognitif mendukung kepemimpinan dan pemecahan masalah (Hipokampus). Mendidik perempuan tidak hanya memberdayakan mereka, tetapi juga memperkuat masyarakat, karena perempuan terdidik berkontribusi pada keluarga, komunitas, dan pembangunan bangsa. Sebagaimana laki-laki dididik menjadi pemimpin bertanggung jawab, perempuan juga perlu diberdayakan melalui pendidikan. Dalam Islam, kedua gender memiliki peran penting, dan sains membuktikan bahwa pendidikan mengembangkan kecerdasan, stabilitas emosional, serta kualitas kepemimpinan pada anak laki-laki maupun perempuan.
Oleh : Harry Waluyo