Scroll untuk baca artikel
Alaku
Alaku
Alaku
Example 728x250
KampusNEWSPendidikan Sosial BudayaPsikologi & Mental Health

Eva Meizara, Dosen UNM Pamerkan Hasil Photovoice Mahasiswa Disabilitas PLD Universitas Brawijaya

16
×

Eva Meizara, Dosen UNM Pamerkan Hasil Photovoice Mahasiswa Disabilitas PLD Universitas Brawijaya

Sebarkan artikel ini

PSIKODAY, Kota Malang- Eva Meizara Puspita Dewi menginisiasi Pameran hasil Photovoice mahasiswa Disabilitas PLD Universitas Brawijaya (UB) Malang (23/8/2025).

Acara ini menampilkan foto-foto dan narasi yang dibuat langsung oleh mahasiswa disabilitas sebagai wujud ekspresi, harapan, tantangan, serta kekuatan mereka dalam meraih kesetaraan dan kesuksesan akademik di kampus inklusif.

Example 300x600

Sebagai peneliti, Eva Meizara menyakini bahwa orang diajak melihat dari sudut pandang yang berbeda.

“Melalui lensa para mahasiswa disabilitas, kita diajak melihat dunia dari sudut pandang yang sering luput dari perhatian. Setiap foto bukan sekadar gambar, tetapi suara, harapan, dan keberanian untuk menegaskan kesetaraan,” ungkapnya.

Pameran yang diinisiasi langsung oleh Peneliti Disertasi S3 Psikologi Pendidikan UM yang merupakan dosen Psikologi Universitas Negeri Makassar, yakni Eva Meizara Puspita Dewi ini bekerjasama dengan cafe Cerita Spectra Kota Malang sebagai tempat pelaksanaan pamerannya.

Cerita Spectra Coffee & Etery, berada di Jl. Kalpataru No. 58, Jatimulyo, Kec. Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur. Tempat ini dipilih agar suasana lebih hangat, inklusif, dan mudah diakses publik. Beberapa pegawainya disabilitas bahkan tersedia Juru Bahasa Isyarat (JBI).

Turut hadir dalam acara ini, antara lain Promotor peneliti, Prof. Dr. Fattah Hanurawan, M.Si., M.Ed dan copromotor peneliti yakni Dr. Nur Eva, M.Psi.,Psikolog, Ketua Pusat Layanan Disabilitas (PLD) Universitas Brawijaya Zubaidah, M.Phil.,P.hD. dengan beberapa staff dan dosen UB.

Adapun 10 mahasiswa disabilitas (Madif) sebagai responeden peneliti beserta pendampingnya, beberapa dosen dari jawa dan luar jawa, Beberapa Guru SMK, ormas atau komunitas disabilitas yang ada di Malang dan KOMNAS HAM serta perwakilan Masyarakat Umum. Total jumlah undangan yang hadir adalah 75 orang.

Peneliti menganggap penting mengundang banyak elemen masyarakat karena fasilitas kampus inklusif.
“Kampus inklusif bukan hanya soal fasilitas, tetapi juga ruang hati. Photovoice ini adalah bukti nyata bahwa mahasiswa disabilitas mampu bersuara dan berkontribusi setara dengan mahasiswa lainnya,” tegasnya.

Pameran yang diadakan pada hari Sabtu, 23 Agustus 2025 berlangsung dari pukul 08.00 sampai dengan 12.30 WIB. Namun sambil makan siang diskusi terus berlanjut beberapa peserta sehingga jam 15.30 WIB.

Eva juga menyampaikan keinginannya
“Saya sebagai peneliti berharap pameran ini menjadi awal dari percakapan yang lebih luas tentang bagaimana kita, sebagai masyarakat, bisa bersama-sama meruntuhkan sekat dan membangun budaya inklusi yang otentik,” ungkapnya.

Karena pameran ini bukan sekadar menampilkan karya seni visual, melainkan ruang advokasi dan suara nyata mahasiswa disabilitas. Photovoice menjadi media partisipasi aktif untuk menegaskan bahwa mereka punya hak, mimpi, dan keberanian yang sama dalam menempuh pendidikan tinggi.

Pameran ini diharapkan dapat menggugah empati, membuka wawasan, serta memperkuat komitmen semua pihak dalam membangun kampus inklusif yang sesungguhnya.

“Sebagai peneliti, saya merasa karya-karya ini lebih kuat daripada data statistik. Mereka adalah narasi hidup yang menyentuh, yang bisa mengubah cara kita memandang disabilitas,” ungkap Eva.

Acara dimulai dengan gallery walking karya photovoice para mahasiswa disabilitas, dan undangan terlibat aktif dengan menempelkan 3 buah stiker yang dipilih yakni kriteria: terinspiratif, membuka pikiran baru, dan paling menyentuh perasaan.

Dengan demikian, para undangan juga bisa merasakan dan memahami kondisi para mahasiswa disabilitas secara langsung dan mendalam. Setelah acara pembukaan maka dimulailah dengan presentasi hasil temuan peneliti dan juga presentasi singkat para responden disabilitas bagaimana proses photovoice mereka lakukan dan apa dampaknya pada mereka saat ini. Tanya jawab langsung para audience yang sangat antusias memberikan pertanyaan terutama dari komunitas disabilitas. Pertanyaan diberikan untuk peneliti, ketua PLD dan mahasiswa disabilitas.

Acara dilanjutkan dengan penyerahan secara simbolis hasil penelitian ini dari peneliti didampingi promotor dan copromotor kepada pihak PLD UB sebagai tempat penelitian, yang diterima langsung oleh ketua PLD beserta staf2nya.

Beliau sangat senang dengan masukan ini dan bahkan kata2 dan poto2 yang menyentuh tadi sudah beliau kirimkan langsung ke WR1 UB sebagai atasan PLD. Setelah foto bersama, sebagai penutup adalah makan siang bersama, sebagai simbol kebersamaan tanpa sekat. Uniknya, pameran ini juga menyediakan juru bahasa isyarat (JBI) agar benar-benar ramah dan terbuka bagi semua kalangan.(Rfq/Rls)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *