Parenting Islami: IQ Bukan Segalanya
Banyak orang tua masih menganggap bahwa kecerdasan anak hanya diukur dari seberapa tinggi nilai IQ mereka. Padahal, jika dilihat lebih dalam, kecerdasan itu bukan hanya soal angka-angka di tes intelegensi. Islam sendiri mempunyai konsep kecerdasan yang jauh lebih luas, bukan hanya mengandalkan logika, tapi juga melibatkan emosi dan spiritualitas.
Dalam dunia psikologi modern, Howard Gardner memperkenalkan teori Multiple Intelligences, yang menjelaskan bahwa kecerdasan itu ada banyak jenisnya. Ada yang unggul dalam bahasa, ada yang jago dalam berhitung, ada yang unggul dalam kecerdasan visual, musikal, atau bahkan kecerdasan interpersonal—kemampuan berkomunikasi dan memahami orang lain. Selain itu, Daniel Goleman juga menekankan pentingnya Emotional Intelligence (EQ), yaitu kemampuan mengelola emosi dan menjalin hubungan sosial. Lalu, ada juga konsep Spiritual Intelligence (SQ) yang diperkenalkan Danah Zohar dan Ian Marshall, yang membahas bagaimana seseorang memaknai hidupnya dan terhubung dengan nilai-nilai spiritual.
Nah, dalam Islam. Ada tiga dimensi kecerdasan yang seimbang, yaitu: kecerdasan intelektual (‘aqliyah) yang berhubungan dengan cara berpikir, kecerdasan emosional (qalbiyah) yang berkaitan dengan bagaimana seseorang mengelola perasaannya, dan kecerdasan spiritual (ruhiyah) yang membuat seseorang memahami tujuan hidupnya dan hubungannya dengan Allah.
Dari sini bisa dilihat, bahwa anak yang cerdas bukan hanya mereka yang jago di sekolah atau punya nilai akademik tinggi, tapi juga mereka yang bisa mengendalikan emosi, peka terhadap lingkungan, dan punya prinsip hidup yang kuat. Seperti sabda Rasulullah ﷺ, “Sesungguhnya orang cerdas adalah orang yang mampu mengendalikan dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah kematian.” (HR. Tirmidzi).
Pola asuh dalam Islam sebenarnya cukup dalam mengajarkan keseimbangan ini. Orang tua bukan hanya dituntut untuk mendidik anak agar pintar, tapi juga harus membentuk karakter mereka agar kuat menghadapi kehidupan. Misalnya, anak laki-laki perlu dikenalkan dengan konsep qawwam, bukan sekadar jadi pemimpin yang berkuasa, tapi menjadi pelindung dan pembimbing yang penuh tanggung jawab dan kasih sayang. Begitu juga dengan anak perempuan, mereka harus dibekali pendidikan dan pemahaman agar kelak menjadi pribadi yang mandiri, menjaga diri, serta bisa menjadi ibu dan istri yang kuat.
Sayangnya, masih banyak orang tua yang tanpa sadar melakukan kesalahan dalam pengasuhan. Mereka sering memarahi anak secara berlebihan, nggak konsisten dalam aturan, terlalu sering membandingkan anak dengan yang lain, atau bahkan mendidik dengan kekerasan. Lebih parahnya lagi, banyak yang lupa menanamkan nilai-nilai spiritual sejak kecil, padahal ini yang sebenarnya jadi fondasi utama dalam membentuk karakter anak.
Seperti yang dikatakan Dr. Abdullah Nashih Ulwan dalam kitab Tarbiyatul Aulad fil Islam, kesalahan dalam mendidik anak sejak kecil bisa berdampak besar ketika mereka dewasa. Anak yang dibesarkan dengan pola asuh yang salah akan tumbuh menjadi pribadi yang rapuh, sulit mengendalikan emosi, atau bahkan kehilangan arah dalam hidupnya.
Jadi, dalam parenting Islami ini kita nggak bisa hanya fokus pada satu aspek saja. Anak bukan hanya membutuhkan kecerdasan intelektual, tapi juga perlu dibekali dengan kecerdasan emosional dan spiritual. Dengan keseimbangan ini, mereka bisa tumbuh menjadi pribadi yang bukan hanya pintar secara akademik, tapi juga memiliki hati yang kuat dan mampu menjalani hidup dengan penuh tanggung jawab. Karena pada akhirnya, IQ bukanlah segalanya.
salsa